Postingan

Patofisiologi AIDS

Gambar
Patofisiologi AIDS ( Acquired Immune Deficiency Syndrome ) akan diuraikan menjadi beberapa tahap yakni sebagai berikut : Pada saat HIV ( Human Immunodeficiency Virus ) masuk ke dalam sel tubuh manusia, RNA ( Ribonucleic Acid ) virus akan ditranskripsi dengan bantuan enzim reverse trancriptase menjadi DNA ( Deoxyribo Nucleic Acid ). Proses ini seringkali berlangsung dengan buruk sehingga dapat terjadi mutasi genetik dari virus tersebut. Akibatnya, virus menjadi resisten dengan obat anti virus. Sistem limfatik adalah pertahanan untuk tubuh kita terhadap virus yang masuk. Pada saat awal HIV masuk ke dalam tubuh, virus akan ditangkap oleh kelenjar limfa. Hal ini lah yang menyebabkan tidak adanya gejala dari masuknya virus HIV pada tahap awal (fase laten). Virus tetap berproliferasi didalam germinativum dari kelenjar limfa. Dengan virus yang semakin banyak, terjadilah hiperplasia pusat germinativum dan menimbulkan gejala sebagai limfadenopati . Bila virus terus bertambah banyak, ja

Syok Hipovolemik

Pengertian Syok Hipovolemik : Kita mulai dari pengertian kata "syok" terlebih dahulu. Syok adalah gangguan hemodinamik yang menyebabkan tidak adekuatnya hantaran oksigen dan perfusi jaringan. Ada beberapa jenis syok dan salah satunya adalah syok hipovolemik. Syok hipovolemik adalah syok yang terjadi akibat berkurangnya volume plasma di intravaskuler.  Gejala Syok Hipovolemik : Gejala yang timbul tergantung pada jumlah darah yang berkurang. Namun secara umum gejala-gejala yang mungkin timbul adalah sebagai berikut : Peningkatan frekuensi pernafasan, frekuensi jantung dan nadi Pengisian nadi lemah (halus) Penurunan tekanan nadi Kulit pucat dan dingin serta turgor yang buruk Pengisian kapiler lambat Produksi urin berkurang Ujung-ujung ekstremitas terasa dingin Mekanisme Terjadinya Syok Hipovolemik : Saat terjadi perdarahan hebat, tubuh akan kehilangan plasma darah dengan jumlah yang banyak. Hal ini akan mengakibatkan berkurangnya preload atau jumlah dara

LIMFOSIT

Limfosit berasal dari sel stem hematopoietik pluriprotein dan paling banyak ditemukan di nodus limfe namun   dapat juga ditemukan di jaringan limfoid khusus seperti limpa, daerah submukosa saluran cerna, timus dan sumsum tulang. Limfosit T Setelah terbentuk di sumsum tulang, limfosit T kemudian akan bermigrasi ke kelenjar timus. Di kelenjar timus, limfosit T akan membelah menjadi ribuan limfosit dengan jenis yang berbeda-beda. Tiap satu limfosit di kelenjar timus membentuk reaktifitas yang spesifik terhadap antigen yang lain. Sebelum disebar ke jaringan limfoid, timus menyeleksi limfosit T dengan cara mencampurkan limfosit dengan semua protein atau antigen lain yang berasal dari jaringan tubuh sendiri. Jika limfosit T bereaksi maka limfosit ini akan dihancurkan dan difagositosis. Proses pengolahan ini berlangsung selama beberapa bulan saat sebelum bayi lahir dan selama beberapa bulan setelah lahir. Sesudah melewati periode ini, bila dilakukan pengangkatan kelenjar timus

Faktor Resiko Perdarahan Uterus Abnormal

1.       Obesitas Jaringan adiposa dapat dikonversi menjadi estrogen melalui aromatisasi. Hal  ini memberikan pengaruh terhadap hipothalamus-hipofisis-(juga adrenal) sehingga menyebabkan produksi estrogen secara terus menerus terjadi oleh folikel yang tidak pecah. Akibatnya korpus luteum tidak terbentuk dan ovulasi tidak terjadi. Terjadi penurunan kadar dari sex hormone globulin. Hal ini mengakibatkan meningkatnya kadar dari bioavailable estrogen Dua kondisi dengan estrogen meningkat diatas, dan tanpa adanya progesterone, mengakibatkan proliferasi endometrium dan terlihat sebagai perdarahan. 2.       Stres/Kecemasan   Terjadi pengaktifan Hipotalamus-hipofisis anterior aksis yang mengakibatkan hipotalamus menyekresi corticotropic releasing hormone (CRH). CRH memberikan umpan balik negatif terhadap sekresi GnRH. Sekresi CRH akan merangsang pelepasan adenocorticontropin hormon (ACTH) oleh hipofisis anterior yang selanjutnya akan merangsang kelenjar adrenal untuk menyekre

Etiologi dan Patogenesis Abortus Spontan

Gambar
Abortus spontan dapat dibedakan menjadi abortus Aneuploidi dan abortus Euploidi.  Abortus aneuploidi artinya abortus yang terjadi pada hasil konsepsi dengan kelainan pada jumlah kromosom. Tidak banyak buku yang menjelaskan secara rinci bagaimana keadaan aneuploidi mengakibatkan abortus. Namun secara pasti akan terjadi gangguan pertumbuhan janin yang berakibat ke kelainan morfologi. Hal ini juga akan mengganggu proses implantasi sehingga abortus berulang pun punya peluang besar untuk terjadi. Selain itu, dilihat dari perubahan sistem imun tubuh ibu saat hamil, kelainan kromosom pada janin ini tidak menimbulkan keadaan dimana sistem imun ibu beradaptasi dengan kehadiran janin dalam rahim. Sehingga sistem imun ibu akan menyerang janin dan tubuh tidak memfasilitasi kehamilan. Abortus euploidi artinya abortus yang terjadi pada janin dengan kromosom yang normal. Artinya penyebab abortus berasal dari luar janin. 1.       Defek Anatomi Uterus. Kelainan anatomi uterus seperti ad