LIMFOSIT
Limfosit berasal dari sel stem hematopoietik
pluriprotein dan paling banyak ditemukan di nodus limfe namun dapat juga ditemukan di jaringan limfoid
khusus seperti limpa, daerah submukosa saluran cerna, timus dan sumsum tulang.
Limfosit
T
Setelah terbentuk di
sumsum tulang, limfosit T kemudian akan bermigrasi ke kelenjar timus. Di kelenjar
timus, limfosit T akan membelah menjadi ribuan limfosit dengan jenis yang
berbeda-beda. Tiap satu limfosit di kelenjar timus membentuk reaktifitas yang
spesifik terhadap antigen yang lain.
Sebelum disebar ke
jaringan limfoid, timus menyeleksi limfosit T dengan cara mencampurkan limfosit
dengan semua protein atau antigen lain yang berasal dari jaringan tubuh
sendiri. Jika limfosit T bereaksi maka limfosit ini akan dihancurkan dan
difagositosis.
Proses pengolahan ini
berlangsung selama beberapa bulan saat sebelum bayi lahir dan selama beberapa
bulan setelah lahir. Sesudah melewati periode ini, bila dilakukan pengangkatan
kelenjar timus maka akan menurunkan, tapi tidak menghilangkan, sistem imun
limfosit T.
Limfosit
T berespon terhadap antigen dari luar tubuh seperti bakteri, virus dll. Dipermukaan
membran sel limfosit T terdapat molekul yang sangat mirip dengan antibodi,
yakni Protein Reseptor Permukaan (Penanda sel T) yang bersifat sangat spesifik
terhadap satu antigen spesifik yang mengaktifkannya.
Limfosit
T hanya berespon terhadap antigen yang berikatan dengan protein MHC (Major
Histocompibility). Protein ini terdapat pada sel yang menampilkan/menyajikan
antigen (Antigen Presenting Cell).
Tipe-tipe APC yang utama adalah makrofag, limfosit B dan sel dendritik. Ada dua
jenis protein MHC :
Protein
MHC I : Memperkenalkan antigen kepada sel T sitotoksik
Protein
MHC II : Memperkenalkan antigen kepada sel T pembantu
Kebanyakan
organisme yang menginvasi mula-mula difagositosis dan sebagian akan dicerna
oleh makrofag. Produk antigeniknya akan dilepaskan ke dalam sitosol makrofag
yang kemudian akan ditransfer ke limfosit dengan cara kontak sel ke sel. Hal ini
dapat mengaktivasi klon limfosit T yang spesifik.
Selain
itu, makrofag juga menyekresikan zat pengaktivasi khusus yang meningkatkan
pertumbuhan dan reproduksi limfosit spesifik yakni Interleukin 1 (IL-1).
Bila
ada suatu klon limfosit T diaktifkan oleh suatu antigen, maka banyak limfosit
baru terbentuk disimpan dalam jaringan limfoid untuk menjadi limfosit T
tambahan atau sel memori. Sel-sel ini akan menyebar keseluruh jaringan limfoid
di seluruh tubuh. Oleh karena itu pada paparan berikutnya oleh antigen yang
sama, pelepasan sel-sel T teraktivasi akan jauh lebih cepat dan jauh lebih
kuat.
Tipe-tipe
sel T :
Sel
T pembantu (Sel T Helper)
Sel
ini membentuk serangkaian mediator protein yang disebut Limfokin. Limfokin yang
disekresikan berupa Interleukin 2 sampai Interleukin 6, Faktor
perangsang-koloni granulosit-monosit dan Interferon γ.
Fungsi
Limfokin :
· Meningkatkan pertumbuhan dan proliferasi
sel T sitotoksik dan sel T supresor (IL-2)
· Faktor pertumbuhan sel B (IL-4, IL-5 dan
IL-6)
· Menyebabkan pengumpulan makrofag dalam
jumlah banyak dengan memperlambat migrasi makrofag.
· Mengaktifkan makrofag untuk melakukan
fagositosis yang jauh lebih efisien.
· Merangsang aktivasi sel Th itu sendiri
(IL-2)
Sel
T Sitotoksik
Pada
permukaan sel sitotoksik terdapat protein reseptor yang berikatan dengan sel
yang mengandung antigen spesifik. Kemudian sel T sitotoksik akan menyekresi
perforin (Protein Pembentuk Lubang) untuk menyerang membran sel yang diserang.
Akibatnya cairan dari rang interstisial akan dengan cepat mengalir ke dalam
sel. Sel T Sitotosik juga akan melepas substansi sitotoksik ke dalam sel. Sel yang diserang
akan menjadi sangat bengkak dan kemudian akan terlarut. Sel T sitotoksik dapat
keluar dari sel korban lewat lubang yang dibentuk dan dapat menyerang lebih
banyak sel dengan produk antigen lagi.
Sel
T Supresor
Menekan
fungsi sel T sitotoksik dan sel T pembantu untuk mencegah reaksi imun yang
berlebihan yang dapat merusak jaringan tubuh sendiri.
Setelah
proses diatas berlangsung, sel T akan masuk ke dalam sirkulasi darah dan limfe,
bersikulasi ke seluruh tubuh demikian
seterusnya hingga antigen masuk lagi.
Limfosit B
Pada
permukaan limfosit B terdapat kira-kira 100.000 molekul antibodi. Bila ada
antigen masuk, makrofag dalam jaringan limfoid akan memfagositosis antigen dan
membawanya ke limfosit B terdekat. Limfosit kemudian akan membesar dan tampak
seperti gambaran limfoblas. Beberapa limfoblas berdiferensiasi membentuk
plasmablas (yang adalah prekusor sel plasma).
Dalam
plasmablas, sitoplasma meluas dan retikulum endo kasar berproliferasi dengan
cepat. Sel-sel ini kemudian akan membelah. Sel plasma yang matur kemudian
menghasilkan antibodi gamma globulin. Antibodi disekresikan ke dalam cairan
limfe dan diangkut ke sirkulasi darah.
Beberapa
limfoblas juga membentuk sel limfosit B baru dalam jumlah yang cukup dan serupa
dengan klon asal. Limfosit B yang baru ini akan bersirkulasi ke seluruh tubuh
untuk mendiami seluruh jaringan limfoid. Limfosit ini disebut sel memori.
Pajanan berikutnya akan menimbulkan respon antibodi untuk kedua kalinya yang
jauh lebih cepat dan jauh lebih kuat. Setiap
antibodi bersifat spesifik untuk antigen tertentu yang disebabkan oleh struktur
organisasi asam aminonya yang unik. Terdapat 5 golongan antibodi yakni IgM,
IgG. IgE, IgD dan IgA.
2
mekanisme kerja antibodi :
1.
Langsung menyerang agen yang menginvasi
dengan salah satu dari 4 cara :
- Aglultinasi : Menyebabkan banyak partikel besar dengan antigen di permukaannya menjadi satu gumpalan
- Presipitasi : Menyebabkan kompleks molekuler dari antigen yang mudah larut dan antibodi menjadi begitu besar sehingga berubah menjadi tidak larut dan membentuk presipitat
- Netralisasi : Menyebabkan antibodi menutupi tempat-tempat yang toksik dari agen yang bersifat antigenik
- Lisis : Menyebabkan beberapa antibodi menjadi sangat kuat kadang-kadang mampu langsung menyerang membran sel agen penyebab sehingga agen tersebut ruptur
2. Mengaktifkan sistem komplemen.
Maksudnya, bila suatu antibodi berikatan dengan suatu antigen, maka tempat
reaktif yang spesifik pada bagian antibodi akan terbuka dan kemudian akan
langsung berikatan dengan molekul C1 dari sistem komplemen, memulai pergerakan
kaskade rangkaian reaksi, yang pada akhirnya akan menimbulkan banyak reaksi yang
memiliki efek pada sel yang diserang :
- Opsonisasi dan fagositosis : Salah satu produk kaskade komplemen yaitu C3b, dengan kuat mengaktifkan proses fagositosis oleh netrofil dan makrofag, menyebabkan sel-sel ini menelan bakteri yang telah dilekati oleh kompleks antigen-antibodi
- Lisis : Produk kaskade komplemen yakni kompleks litik ditandai dengan C5b6789, mempunyai pengaruh langsung untuk merobek membran sel penginvasi.
- Aglutinasi
- Netralisasi virus : Enzim komplemen dan produk komplemen lain dapat menyerang struktur beberapa virus, mengubahnya menjadi non virulen
- Kemotaksis : Fragmen C5a memicu kemotaksis netrofil dan makrofag, sehingga menyebabkan sejumlah besar sel fagosit ini bermigrasi ke dalam jaringan yang berbatasan dengan agen antigenik
- Aktivasi sel mast dan basofil : Fragmen C3a, C4a dan C5a mengaktifkan sel mast dan basofil sehingga menyebabkan sel-sel tersebut melepaskan histamin, heparin dan beberapa substansi lainnya ke dalam cairan setempat. Bahan-bahan ini kemudian meyebabkan peningkatan aliran darah setempat, meningkatkan kebocoran cairan dan protein plasma ke dalam jaringan dan meningkatkan reaksi jaringan setempat lainnya yang membantu agar agen antigenik menjadi tidak aktif lagi.
- Efek peradangan
Komentar
Posting Komentar